Mitos atau Fakta, Baterai Mobil Listrik Tidak Dipakai Bisa Bocor?

Mitos atau Fakta – Seiring melonjaknya popularitas mobil listrik, muncul beragam pertanyaan hingga kekhawatiran dari publik. Salah satu isu mitos atau fakta yang bikin jantung berdebar adalah: benarkah baterai mobil listrik bisa bocor jika tidak digunakan dalam waktu lama? Kekhawatiran ini tidak main-main. Di tengah masyarakat yang masih transisi dari mesin pembakaran ke tenaga listrik, rumor semacam ini bisa menjadi senjata ampuh bagi para penentang teknologi ramah lingkungan.

Namun apakah semua ketakutan ini berdasar? Atau justru hanya mitos yang terus di bumbui oleh ketidaktahuan?

Baterai: Komponen Mahal dan Sensitif

Baterai dalam mobil listrik bukan sekadar tumpukan sel lithium-ion. Ia adalah jantung dari kendaraan, sistem kompleks yang di penuhi teknologi pendingin, sensor, dan perangkat lunak pintar untuk menjaga suhu dan kinerja. Karena harganya bisa mencapai 40% dari total nilai mobil, baterai menjadi titik krusial sekaligus momok bagi para pemilik.

Baterai mobil listrik memang bisa mengalami penurunan kapasitas jika di biarkan terlalu lama dalam kondisi tidak aktif, apalagi jika penyimpanan tidak di lakukan sesuai prosedur. Tapi “bocor” bukanlah istilah yang tepat—dan di sinilah letak salah kaprah yang harus di slot bonus new member.

Degradasi, Bukan Kebocoran

Yang sebenarnya terjadi bukanlah baterai mengeluarkan cairan atau meledak diam-diam di dalam garasi. Istilah “bocor” yang sering terdengar sebenarnya merujuk pada fenomena self-discharge, yaitu hilangnya muatan listrik secara perlahan meski tidak di gunakan. Ini adalah sifat mahjong slot dari baterai lithium-ion.

Degradasi kapasitas baterai terjadi karena berbagai faktor: suhu penyimpanan yang ekstrem, pengisian daya yang tidak sesuai, hingga waktu diam yang terlalu panjang tanpa di lakukan pengecekan berkala. Jadi, bukan karena baterainya di biarkan saja lalu tiba-tiba rusak parah. Namun, tanpa athena slot, kerusakan jangka panjang bisa saja mengintai.

Kasus-Kasus Nyata di Lapangan

Sudah ada beberapa laporan pemilik mobil listrik yang merasa “tertipu” karena saat mobil di biarkan menganggur selama beberapa bulan, kapasitas baterainya menurun drastis. Di beberapa negara dengan empat musim, suhu ekstrem mempercepat proses degradasi. Tapi di Indonesia, dengan iklim tropis yang relatif stabil, efek ini jauh lebih minim—selama mobil di simpan dengan cara slot terbaru yang benar.

Tesla, Hyundai, hingga Wuling sudah menyematkan fitur Battery Management System (BMS) canggih yang terus memantau kondisi baterai, bahkan ketika mobil tidak di gunakan. Namun, teknologi secanggih apa pun tak akan bisa menyelamatkan baterai jika pemiliknya abai. Ini bukan kesalahan sistem, tapi kelalaian manusia yang ogah membaca buku manual.

Penyimpanan Ideal: Ada Aturannya!

Meninggalkan mobil listrik selama berminggu-minggu tanpa di sentuh tentu berisiko. Tapi risiko ini bisa di tekan jika pemilik mengikuti panduan penyimpanan yang di anjurkan oleh pabrikan. Mayoritas produsen menyarankan untuk menjaga level baterai antara 50%–70% saat tidak di gunakan. Bukan 100%, apalagi kosong total.

Mobil juga sebaiknya di parkir di tempat teduh dengan suhu ruangan stabil, jauh dari paparan sinar matahari langsung atau udara lembap. Dan tentu saja, di lakukan pengecekan rutin setiap beberapa minggu untuk memastikan kondisi mobil tetap optimal.

Kesimpulan yang Tidak Di cari

Jadi, apakah baterai mobil listrik bisa “bocor” kalau tidak di pakai? Jawabannya: tidak, jika yang di maksud adalah bocor secara fisik. Tapi ya, baterai bisa rusak atau kehilangan performa jika di abaikan. Ini bukan mitos, tapi juga bukan kutukan teknologi. Ini hanya peringatan bagi siapa pun yang berani bermain dengan kendaraan masa depan tapi malas memahami aturannya. Mobil listrik bukan sekadar alat transportasi, ia adalah perangkat teknologi tinggi—dan teknologi, seperti biasa, tidak pernah ramah pada mereka yang ceroboh.